Selasa, 07 April 2015

Menggunakan Gerak-gerik, Mimik dan Intonasi, Sesuai dengan Watak Tokoh dalam Pementasan Drama



Menggunakan Gerak-gerik, Mimik dan Intonasi, Sesuai dengan Watak Tokoh dalam Pementasan Drama

Agar dialog dlam drama lebih ekspresif dan dapat menunjukkan karakter tokohnya, kita harus memperhatikan lafal, intonasi, nada/tekanan, mimik dan gerak-gerik.
1.      Lafal
Lafal adalah cara pengucapan bunyi bahasa. Dalam drama, bunyi-bunyi itu harus terdengar dengan benar dan jelas sehingga pendengar dapat memahami dialog-dialognya.
Agar mampu mengucapkan bunyi bahasa dengan baik, kita harus melakukan latihan berikut.
a.       Mengucapkan alphabet dengan benar.
b.      Memvariasikan dengan pengucapan lambat, cepat, naik, turun dan sebagainya.
c.       Membaca kalimat dengan berbagai variasibentuk mulut yang benar.
2.      Intonasi
Intonasi adalah naik turunnya lagu kalimat. Intonasi sangat penting dalam drama. Tidak hanya membedakan maksud-maksud kalimatnya, tetapi juga dalam menghidupkan drama itu sendiri.
3.      Tekanan
Tekanan/nada berkaitan dengan keras-lemahnya pengucapan kata-kata tertentu. Tekanan bermanfaat untuk memperjelas maksud suatu kalimat.
4.      Mimik
Mimik atau roman muka berperan dalam memperjelas maksud dialog, terutama yang berkaitan dengan unsure emosinya. Beragam emosi seperti gugup, bingung, kecewa atau marah dapat dijelaskan melalui mimik.
5.      Gerak-gerik
Dalam bermain drama, seorang aktor harus melakukan sejumlah gerakan yang sesuai dengan tuntutan naskah drama. Gerakan itupun harus sesuai dengan karakter tokoh yang diperankan.
Gerak yang dipakai dalam teater (gerak teatrikal) ada bermacam-macam, antara lain:
a.       Business adalah gerak-gerak kesil yang dilakukan tanpa penuh kesadaran. Gerak ini dilakukan secara spontan dan tanpa terpikirkan (refleks).
b.      Gestures adalah gerak yang dilakukan secara sadar. Gerak yang terjadi setelah mendapat perintah dari otak.
c.       Movement adalah gerak perpindahan tubuh dari tempat yang satu ke tempat yang lain. Gerak ini tidak hanya terbatas pada berjalan saja, tetapi juga dapat berlari, bergulung-gulung, melompat dan sebagainya.
d.      Guide adalah cara berjalan. Cara berjalan bermacam-macam. Cara berjalan orang tua akan berbeda dengan cara berjalan anak kecil, berbeda pula dengan cara berjalan orang yang sedang sakit dan sebagainya.
Dalam melakukan gerakan, seorang aktor dituntut untuk berimprovisasi/ menciptakan gerak-gerik yang bebas, indah dan artistik.
Latihan yang dapat dilakukan untuk menciptakan gerak teatrikal.
a.       Latihan cermin
b.      Latihan gerak dan tatap mata
c.       Latihan melenturkan tubuh
d.      Latihan gerak bersama
e.       Latihan gerak mengalir

Mendeskripsikan Perilaku Manusia melalui Dialog Naskah Drama



Mendeskripsikan Perilaku Manusia melalui Dialog Naskah Drama

Tokoh adalah pelaku yang mengemban peristiwa dalam cerita fiksi sehingga peristiwa itu menjalin cerita. Cara penulis menampilkan tokoh disebut penokohan/perwatakan. Perwatakan adalah penggambaran watak para pelaku melalui usia, latar belakang social, moral, suasana kejiawaan, agama yang dianut, aliran politik, ideology, gerak dan tingkah laku, cara berpakaian, jalan pikiran, atay ketika tokoh itu berhubungan dengan tokoh lain.
Watak tokoh ada beberapa jenis, antara lain sebagai berikut.
1.      Berdasarkan peranan dan keterlibatannya dalam cerita
a.       Tokoh primer (utama) adalah tokoh yang selalu hadir dalam setiap peristiwa dan dipaparkan dalam cerita serta penentu tema cerita.
b.      Tokoh sekunder (bawahan) adalah tokoh yang mendukung tokoh utama.
c.       Tokoh komplementer (tambahan) adalah tokoh figuran yang membantu tokoh utama, tetapi tidak begitu aktif.
2.      Berdasarkan perkembangan kepribadian tokoh
a.       Pelaku dinamis yaitu tokoh yang sifatnya senantiasa berubah.
b.      Pelaku statis yaitu tokoh yang sifatnya tetap.
3.      Berdasarkan masalah yang dihadapi
a.       Simpel karakter yaitu tokoh yang megalami masalah tidak sampai merubah jalan hidup.
b.      Kompleks karakter yaitu tokoh yang mengalami masalah yang sifatnya bermacam-macam sehingga sampai mengubah jalan hidupnya.
4.      Berdasarkan watak yang dimiliki
a.       Tokoh protaginis adalah tokoh yang mendukung cerita (memiliki perwatakan baik).
b.      Tokoh antagonis adalah tokoh yang menentang cerita (memiliki perwatakan buruk)
Watak tokoh dapat digambarkan melalui tiga sifat yaitu psikis, fisik, sosial (psikologis, fisiologi, dan sosiologis).
1.      Keadaan fisik tokoh berkaitan dengan umur, jenis kelamin, ciri-ciri tubuh, suku dan berkaitan dengan karakter yang juga didukung oleh wujud suara dalam berdialog.
2.      Keadaan psikis berkaitan dengan emosi, ambisi.
3.      Keadaan sosiologis berkaitan dengan jabatan, pekerjaan, dan kelas sosial.
Ada beberapa cara untuk memahami karakter tokoh dalam suatu drama
1.      Melalui tuturan pengarang terhadap karakteristik pelakunya;
2.      Gambaran yang diberikan pengarang lewat gambaran lingkungan kehidupan maupun cara berpakaian;
3.      Menunjukkan bagaimana perilakunya;
4.      Melihat bagaimana tokoh itu berbicara tentang dirinya sendiri;
5.      Mamahami bagaimana jalan pikirannya;
6.      Melihat bagaimana tokoh lain berbicara tentang dia;
7.      Melihat tokoh lain berbicara dengannya;
8.      Melihat bagaimana tokoh yang lain member reaksi terhadapnya;
9.      Melihat bagaimanakah tokoh itu dalam mereaksi tokoh yang lain.

Mengekspresikan Dialog para Tokoh dalam Pementasan Drama



Mengekspresikan Dialog para Tokoh dalam Pementasan Drama

Drama merupakan salah satu karya sastra yang mempunyai karakteristik tersendiri jika dibandingkan dengan karya sastra yang lain. Ciri yang tidak dapat lepas dalam drama yaitu dialog. Selain cirri tersebut, drama identik dengan seni peran, artinya lakon drama dapat dipentaskan.
A.    Memahami Teks Drama
Sebelum memulai pementasan drama, kita perlu memahami teksnya. Ada dua cara dalam memahaminya:
1.      Pembedahan secara bersama-sama terhadap keseluruhan isi teks melalui diskusi. Kegiatan ini dilakukan antara sutradara dengan pemain yang tujuannya untuk menyamakan persepsi terhadap isi teks drama yang akan dipentaskan.
2.      Pemahaman terhadap isi teks oleh masing-masing aktor terhadap tokoh yang akan diperankan. Tujuan utamanya adalah mengenal karakter tokoh.
Untuk memperdalam pemahaman atas karakteristik tokoh, kita pun perlu melakukan observasi, ilusi, imajinasi, dan pengolahan emosi.
1.      Observasi
Observasi adalah cara untuk mengamati seorang tokoh: tingkah laku, cara hidup, kebiasaan, pergaulan, cara bicara dan sebagainya. Setelah mengenal banyak hal tentang tokoh yang akan diperankan itu, kita perlu berusaha menirukannya. Kita merefleksikan karakter tokoh itu secara wajar atau apa adanya.
2.      Ilusi
Ilusi merupakan bayangan atas suatu peristiwa yang akan terjadi maupun yang telah terjadi, baik yang dialami sendiri ataupun orang lain. Pembayangan itu dapat berupa hasil pengalaman, hasil observasi, mimpi, angan-angan, kemungkinan-kemungkinan, ramalan dan sebagainya.
3.      Imajinasi
Imajinasi adalah menganggap sesuatu yang tidak ada menjadi seolah-olah ada. Jika ilusi objeknya adalah peristiwa, objek imajinasi adalah benda atau sesuatu yang dibendakan. Tujuannya adalah agar kita tidak hanya selalu menggantungkan diri pada benda-benda yang konkret. Kita pun perlu dilatih untuk “menjelmakan” sesuatu yang tidak terlihat. Kemampuan dalam berimajinasi benar-benar diuji ketika kita sedang memainkan sebuah pantomime.
4.      Emosi
Emosi diartikan sebagai ungkapan perasaan. Emosi dapat berupa perasaan sedih, marah benci, bingung, gugup dan sebagainya. Dalam drama, seorang pemain harus dapat mengendalikan dan menguasai emosinya. Hal ini penting untuk memberikan warna dan menunjang karakter tokoh yang diperankannya. Emosi juga mempengaruhi tingkah laku, roman muka (ekspresi), pengucapan, pernafasan, ataupan niat. Dalam hal ini, niat dapat timbul karena hadirnya emosi. Misalnya, setelah marah, timbul niat untuk memukul.
B.     Belajar Berperan
Perilaku seseorang dalam menghadapi permasalahan-permasalahan dalam kehidupan sehari-hari, dapat ditiru atau diadopsi dalam naskah drama yang akan dipentaskan. Proses meniru ini dikatakan sebagai belajar berperan atau menjadi orang yang bukan dirinya menurut aturan yang telah ditetapkan oleh penulis skenario.
Berperan harus memperhatikan hal-hal sebagai berikut.
1.      Kreasi yang dilakukan pemain drama
2.      Peran yang dilakukan harus bersifat wajar atau alamiah
3.      Peran yang dibawakan harus sesuai tipe, gaya, jiwa dan tujuan dari pementasan
4.      Peran yang dibawakan harus disesuaikan dengan periode tertentu dan watak yang harus direpresentasikan
Sebagai pemain/aktor, tugas anda memperagakan tokoh yang tertulis dalam naskah drama. Untuk itu, anda harus membaca naskah drama berkali-kali dengan seksama, sehingga, Anda benar-benar memahami tokoh yang akan Anda peragakan. Berdasarkan naskah drama itu, bayangkan tokoh yang akan Anda peragakan. Misalnya, bagaimana posturnya, gerak-geriknya, atau ekspresi waktu tokoh berbicara

C.    Memahami Cara Mengekspresikan Dialog dalam Drama
Menurut KBBI (2002: 291) ekspresi adalah pengungkapan atau proses menyatakan (yaitu memperlihatkan atau menyatakan maksud, gagasan, perasaan dan sebagainya). Mengekspresikan adalah mengungkapkan gagasan, maksud, perasaan dengan gerak anggota badan, dan air muka dalam kata-kata.
Agar dapat memerankan dan mengekspresikan dialog-dialog yang ada dalam drama dengan baik, perhatikan langkah-langkah berikut.
1.      Bacalah dalam hati dialog drama tersebut berulang-ulang untuk memahami maksudnya, supaya anda dapat mengucapkan dialog dengan penghayatan.
2.      Lafal atau ucapan harus jelas. Ucapan yang tidak jelas akan mengurangi kejelasan. Ucapan yang terlalu cepat akan menjadi terlalu lemah dan sulit didengar oleh pendengar.
3.      Intonasi harus baik. Dialog diucapkan dengan cepat atau lambat, keras atau lemah, nada tinggi atau rendah disesuaikan dengan watak tokoh dan situasi yang dihadapi.  C  
4.      Mimik (gerakan raut muka) dan gerak gerik anggota tubuh harus tepat sesuai dengan karakter atau watak tokoh yang diperankan.