Mengekspresikan
Dialog para Tokoh dalam Pementasan Drama
Drama
merupakan salah satu karya sastra yang mempunyai karakteristik tersendiri jika
dibandingkan dengan karya sastra yang lain. Ciri yang tidak dapat lepas dalam
drama yaitu dialog. Selain cirri tersebut, drama identik dengan seni peran,
artinya lakon drama dapat dipentaskan.
A.
Memahami Teks Drama
Sebelum memulai
pementasan drama, kita perlu memahami teksnya. Ada dua cara dalam memahaminya:
1.
Pembedahan
secara bersama-sama terhadap keseluruhan isi teks melalui diskusi. Kegiatan ini
dilakukan antara sutradara dengan pemain yang tujuannya untuk menyamakan
persepsi terhadap isi teks drama yang akan dipentaskan.
2.
Pemahaman
terhadap isi teks oleh masing-masing aktor terhadap tokoh yang akan diperankan.
Tujuan utamanya adalah mengenal karakter tokoh.
Untuk memperdalam pemahaman atas karakteristik
tokoh, kita pun perlu melakukan observasi, ilusi, imajinasi, dan pengolahan
emosi.
1.
Observasi
Observasi adalah
cara untuk mengamati seorang tokoh: tingkah laku, cara hidup, kebiasaan,
pergaulan, cara bicara dan sebagainya. Setelah mengenal banyak hal tentang
tokoh yang akan diperankan itu, kita perlu berusaha menirukannya. Kita
merefleksikan karakter tokoh itu secara wajar atau apa adanya.
2.
Ilusi
Ilusi merupakan
bayangan atas suatu peristiwa yang akan terjadi maupun yang telah terjadi, baik
yang dialami sendiri ataupun orang lain. Pembayangan itu dapat berupa hasil
pengalaman, hasil observasi, mimpi, angan-angan, kemungkinan-kemungkinan,
ramalan dan sebagainya.
3.
Imajinasi
Imajinasi adalah
menganggap sesuatu yang tidak ada menjadi seolah-olah ada. Jika ilusi objeknya
adalah peristiwa, objek imajinasi adalah benda atau sesuatu yang dibendakan.
Tujuannya adalah agar kita tidak hanya selalu menggantungkan diri pada
benda-benda yang konkret. Kita pun perlu dilatih untuk “menjelmakan” sesuatu
yang tidak terlihat. Kemampuan dalam berimajinasi benar-benar diuji ketika kita
sedang memainkan sebuah pantomime.
4.
Emosi
Emosi diartikan
sebagai ungkapan perasaan. Emosi dapat berupa perasaan sedih, marah benci,
bingung, gugup dan sebagainya. Dalam drama, seorang pemain harus dapat
mengendalikan dan menguasai emosinya. Hal ini penting untuk memberikan warna
dan menunjang karakter tokoh yang diperankannya. Emosi juga mempengaruhi tingkah
laku, roman muka (ekspresi), pengucapan, pernafasan, ataupan niat. Dalam hal
ini, niat dapat timbul karena hadirnya emosi. Misalnya, setelah marah, timbul
niat untuk memukul.
B.
Belajar Berperan
Perilaku
seseorang dalam menghadapi permasalahan-permasalahan dalam kehidupan
sehari-hari, dapat ditiru atau diadopsi dalam naskah drama yang akan
dipentaskan. Proses meniru ini dikatakan sebagai belajar berperan atau menjadi
orang yang bukan dirinya menurut aturan yang telah ditetapkan oleh penulis
skenario.
Berperan harus
memperhatikan hal-hal sebagai berikut.
1.
Kreasi yang
dilakukan pemain drama
2.
Peran yang
dilakukan harus bersifat wajar atau alamiah
3.
Peran yang
dibawakan harus sesuai tipe, gaya, jiwa dan tujuan dari pementasan
4.
Peran yang
dibawakan harus disesuaikan dengan periode tertentu dan watak yang harus
direpresentasikan
Sebagai pemain/aktor, tugas anda memperagakan tokoh
yang tertulis dalam naskah drama. Untuk itu, anda harus membaca naskah drama
berkali-kali dengan seksama, sehingga, Anda benar-benar memahami tokoh yang
akan Anda peragakan. Berdasarkan naskah drama itu, bayangkan tokoh yang akan
Anda peragakan. Misalnya, bagaimana posturnya, gerak-geriknya, atau ekspresi
waktu tokoh berbicara
C.
Memahami Cara Mengekspresikan Dialog dalam Drama
Menurut KBBI
(2002: 291) ekspresi adalah pengungkapan atau proses menyatakan (yaitu
memperlihatkan atau menyatakan maksud, gagasan, perasaan dan sebagainya).
Mengekspresikan adalah mengungkapkan gagasan, maksud, perasaan dengan gerak
anggota badan, dan air muka dalam kata-kata.
Agar dapat
memerankan dan mengekspresikan dialog-dialog yang ada dalam drama dengan baik,
perhatikan langkah-langkah berikut.
1.
Bacalah dalam
hati dialog drama tersebut berulang-ulang untuk memahami maksudnya, supaya anda
dapat mengucapkan dialog dengan penghayatan.
2.
Lafal atau
ucapan harus jelas. Ucapan yang tidak jelas akan mengurangi kejelasan. Ucapan
yang terlalu cepat akan menjadi terlalu lemah dan sulit didengar oleh
pendengar.
3.
Intonasi harus
baik. Dialog diucapkan dengan cepat atau lambat, keras atau lemah, nada tinggi
atau rendah disesuaikan dengan watak tokoh dan situasi yang dihadapi. C
4.
Mimik (gerakan
raut muka) dan gerak gerik anggota tubuh harus tepat sesuai dengan karakter
atau watak tokoh yang diperankan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar