Selasa, 07 April 2015

Mengekspresikan Dialog para Tokoh dalam Pementasan Drama



Mengekspresikan Dialog para Tokoh dalam Pementasan Drama

Drama merupakan salah satu karya sastra yang mempunyai karakteristik tersendiri jika dibandingkan dengan karya sastra yang lain. Ciri yang tidak dapat lepas dalam drama yaitu dialog. Selain cirri tersebut, drama identik dengan seni peran, artinya lakon drama dapat dipentaskan.
A.    Memahami Teks Drama
Sebelum memulai pementasan drama, kita perlu memahami teksnya. Ada dua cara dalam memahaminya:
1.      Pembedahan secara bersama-sama terhadap keseluruhan isi teks melalui diskusi. Kegiatan ini dilakukan antara sutradara dengan pemain yang tujuannya untuk menyamakan persepsi terhadap isi teks drama yang akan dipentaskan.
2.      Pemahaman terhadap isi teks oleh masing-masing aktor terhadap tokoh yang akan diperankan. Tujuan utamanya adalah mengenal karakter tokoh.
Untuk memperdalam pemahaman atas karakteristik tokoh, kita pun perlu melakukan observasi, ilusi, imajinasi, dan pengolahan emosi.
1.      Observasi
Observasi adalah cara untuk mengamati seorang tokoh: tingkah laku, cara hidup, kebiasaan, pergaulan, cara bicara dan sebagainya. Setelah mengenal banyak hal tentang tokoh yang akan diperankan itu, kita perlu berusaha menirukannya. Kita merefleksikan karakter tokoh itu secara wajar atau apa adanya.
2.      Ilusi
Ilusi merupakan bayangan atas suatu peristiwa yang akan terjadi maupun yang telah terjadi, baik yang dialami sendiri ataupun orang lain. Pembayangan itu dapat berupa hasil pengalaman, hasil observasi, mimpi, angan-angan, kemungkinan-kemungkinan, ramalan dan sebagainya.
3.      Imajinasi
Imajinasi adalah menganggap sesuatu yang tidak ada menjadi seolah-olah ada. Jika ilusi objeknya adalah peristiwa, objek imajinasi adalah benda atau sesuatu yang dibendakan. Tujuannya adalah agar kita tidak hanya selalu menggantungkan diri pada benda-benda yang konkret. Kita pun perlu dilatih untuk “menjelmakan” sesuatu yang tidak terlihat. Kemampuan dalam berimajinasi benar-benar diuji ketika kita sedang memainkan sebuah pantomime.
4.      Emosi
Emosi diartikan sebagai ungkapan perasaan. Emosi dapat berupa perasaan sedih, marah benci, bingung, gugup dan sebagainya. Dalam drama, seorang pemain harus dapat mengendalikan dan menguasai emosinya. Hal ini penting untuk memberikan warna dan menunjang karakter tokoh yang diperankannya. Emosi juga mempengaruhi tingkah laku, roman muka (ekspresi), pengucapan, pernafasan, ataupan niat. Dalam hal ini, niat dapat timbul karena hadirnya emosi. Misalnya, setelah marah, timbul niat untuk memukul.
B.     Belajar Berperan
Perilaku seseorang dalam menghadapi permasalahan-permasalahan dalam kehidupan sehari-hari, dapat ditiru atau diadopsi dalam naskah drama yang akan dipentaskan. Proses meniru ini dikatakan sebagai belajar berperan atau menjadi orang yang bukan dirinya menurut aturan yang telah ditetapkan oleh penulis skenario.
Berperan harus memperhatikan hal-hal sebagai berikut.
1.      Kreasi yang dilakukan pemain drama
2.      Peran yang dilakukan harus bersifat wajar atau alamiah
3.      Peran yang dibawakan harus sesuai tipe, gaya, jiwa dan tujuan dari pementasan
4.      Peran yang dibawakan harus disesuaikan dengan periode tertentu dan watak yang harus direpresentasikan
Sebagai pemain/aktor, tugas anda memperagakan tokoh yang tertulis dalam naskah drama. Untuk itu, anda harus membaca naskah drama berkali-kali dengan seksama, sehingga, Anda benar-benar memahami tokoh yang akan Anda peragakan. Berdasarkan naskah drama itu, bayangkan tokoh yang akan Anda peragakan. Misalnya, bagaimana posturnya, gerak-geriknya, atau ekspresi waktu tokoh berbicara

C.    Memahami Cara Mengekspresikan Dialog dalam Drama
Menurut KBBI (2002: 291) ekspresi adalah pengungkapan atau proses menyatakan (yaitu memperlihatkan atau menyatakan maksud, gagasan, perasaan dan sebagainya). Mengekspresikan adalah mengungkapkan gagasan, maksud, perasaan dengan gerak anggota badan, dan air muka dalam kata-kata.
Agar dapat memerankan dan mengekspresikan dialog-dialog yang ada dalam drama dengan baik, perhatikan langkah-langkah berikut.
1.      Bacalah dalam hati dialog drama tersebut berulang-ulang untuk memahami maksudnya, supaya anda dapat mengucapkan dialog dengan penghayatan.
2.      Lafal atau ucapan harus jelas. Ucapan yang tidak jelas akan mengurangi kejelasan. Ucapan yang terlalu cepat akan menjadi terlalu lemah dan sulit didengar oleh pendengar.
3.      Intonasi harus baik. Dialog diucapkan dengan cepat atau lambat, keras atau lemah, nada tinggi atau rendah disesuaikan dengan watak tokoh dan situasi yang dihadapi.  C  
4.      Mimik (gerakan raut muka) dan gerak gerik anggota tubuh harus tepat sesuai dengan karakter atau watak tokoh yang diperankan.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar