Kamis, 17 Desember 2015
Selasa, 07 April 2015
Menggunakan Gerak-gerik, Mimik dan Intonasi, Sesuai dengan Watak Tokoh dalam Pementasan Drama
Menggunakan Gerak-gerik, Mimik dan Intonasi, Sesuai
dengan Watak Tokoh dalam Pementasan Drama
Agar
dialog dlam drama lebih ekspresif dan dapat menunjukkan karakter tokohnya, kita
harus memperhatikan lafal, intonasi, nada/tekanan, mimik dan gerak-gerik.
1.
Lafal
Lafal adalah
cara pengucapan bunyi bahasa. Dalam drama, bunyi-bunyi itu harus terdengar
dengan benar dan jelas sehingga pendengar dapat memahami dialog-dialognya.
Agar mampu
mengucapkan bunyi bahasa dengan baik, kita harus melakukan latihan berikut.
a.
Mengucapkan
alphabet dengan benar.
b.
Memvariasikan
dengan pengucapan lambat, cepat, naik, turun dan sebagainya.
c.
Membaca kalimat
dengan berbagai variasibentuk mulut yang benar.
2.
Intonasi
Intonasi adalah
naik turunnya lagu kalimat. Intonasi sangat penting dalam drama. Tidak hanya
membedakan maksud-maksud kalimatnya, tetapi juga dalam menghidupkan drama itu
sendiri.
3.
Tekanan
Tekanan/nada
berkaitan dengan keras-lemahnya pengucapan kata-kata tertentu. Tekanan
bermanfaat untuk memperjelas maksud suatu kalimat.
4.
Mimik
Mimik atau roman
muka berperan dalam memperjelas maksud dialog, terutama yang berkaitan dengan
unsure emosinya. Beragam emosi seperti gugup, bingung, kecewa atau marah dapat
dijelaskan melalui mimik.
5.
Gerak-gerik
Dalam bermain
drama, seorang aktor harus melakukan sejumlah gerakan yang sesuai dengan
tuntutan naskah drama. Gerakan itupun harus sesuai dengan karakter tokoh yang
diperankan.
Gerak yang
dipakai dalam teater (gerak teatrikal) ada bermacam-macam, antara lain:
a.
Business
adalah gerak-gerak kesil yang dilakukan tanpa penuh kesadaran. Gerak ini
dilakukan secara spontan dan tanpa terpikirkan (refleks).
b.
Gestures adalah
gerak yang dilakukan secara sadar. Gerak yang terjadi setelah mendapat perintah
dari otak.
c.
Movement
adalah gerak perpindahan tubuh dari tempat yang satu ke tempat yang lain. Gerak
ini tidak hanya terbatas pada berjalan saja, tetapi juga dapat berlari,
bergulung-gulung, melompat dan sebagainya.
d.
Guide
adalah cara berjalan. Cara berjalan bermacam-macam. Cara berjalan orang tua
akan berbeda dengan cara berjalan anak kecil, berbeda pula dengan cara berjalan
orang yang sedang sakit dan sebagainya.
Dalam melakukan gerakan, seorang aktor dituntut
untuk berimprovisasi/ menciptakan gerak-gerik yang bebas, indah dan artistik.
Latihan yang
dapat dilakukan untuk menciptakan gerak teatrikal.
a.
Latihan cermin
b.
Latihan gerak
dan tatap mata
c.
Latihan
melenturkan tubuh
d.
Latihan gerak
bersama
e.
Latihan gerak
mengalir
Mendeskripsikan Perilaku Manusia melalui Dialog Naskah Drama
Mendeskripsikan Perilaku Manusia melalui Dialog
Naskah Drama
Tokoh
adalah pelaku yang mengemban peristiwa dalam cerita fiksi sehingga peristiwa
itu menjalin cerita. Cara penulis menampilkan tokoh disebut
penokohan/perwatakan. Perwatakan adalah penggambaran watak para pelaku melalui
usia, latar belakang social, moral, suasana kejiawaan, agama yang dianut,
aliran politik, ideology, gerak dan tingkah laku, cara berpakaian, jalan
pikiran, atay ketika tokoh itu berhubungan dengan tokoh lain.
Watak tokoh ada beberapa jenis, antara lain sebagai berikut.
1.
Berdasarkan peranan dan keterlibatannya dalam cerita
a.
Tokoh primer
(utama) adalah tokoh yang selalu hadir dalam setiap peristiwa dan dipaparkan
dalam cerita serta penentu tema cerita.
b.
Tokoh sekunder
(bawahan) adalah tokoh yang mendukung tokoh utama.
c.
Tokoh
komplementer (tambahan) adalah tokoh figuran yang membantu tokoh utama, tetapi
tidak begitu aktif.
2.
Berdasarkan perkembangan kepribadian tokoh
a.
Pelaku dinamis
yaitu tokoh yang sifatnya senantiasa berubah.
b.
Pelaku statis
yaitu tokoh yang sifatnya tetap.
3.
Berdasarkan masalah yang dihadapi
a.
Simpel karakter
yaitu tokoh yang megalami masalah tidak sampai merubah jalan hidup.
b.
Kompleks
karakter yaitu tokoh yang mengalami masalah yang sifatnya bermacam-macam
sehingga sampai mengubah jalan hidupnya.
4.
Berdasarkan watak yang dimiliki
a.
Tokoh protaginis
adalah tokoh yang mendukung cerita (memiliki perwatakan baik).
b.
Tokoh antagonis
adalah tokoh yang menentang cerita (memiliki perwatakan buruk)
Watak
tokoh dapat digambarkan melalui tiga sifat yaitu psikis, fisik, sosial (psikologis,
fisiologi, dan sosiologis).
1.
Keadaan fisik
tokoh berkaitan dengan umur, jenis kelamin, ciri-ciri tubuh, suku dan berkaitan
dengan karakter yang juga didukung oleh wujud suara dalam berdialog.
2.
Keadaan psikis
berkaitan dengan emosi, ambisi.
3.
Keadaan
sosiologis berkaitan dengan jabatan, pekerjaan, dan kelas sosial.
Ada
beberapa cara untuk memahami karakter tokoh dalam suatu drama
1.
Melalui tuturan
pengarang terhadap karakteristik pelakunya;
2.
Gambaran yang
diberikan pengarang lewat gambaran lingkungan kehidupan maupun cara berpakaian;
3.
Menunjukkan
bagaimana perilakunya;
4.
Melihat
bagaimana tokoh itu berbicara tentang dirinya sendiri;
5.
Mamahami
bagaimana jalan pikirannya;
6.
Melihat
bagaimana tokoh lain berbicara tentang dia;
7.
Melihat tokoh
lain berbicara dengannya;
8.
Melihat
bagaimana tokoh yang lain member reaksi terhadapnya;
9.
Melihat
bagaimanakah tokoh itu dalam mereaksi tokoh yang lain.
Mengekspresikan Dialog para Tokoh dalam Pementasan Drama
Mengekspresikan
Dialog para Tokoh dalam Pementasan Drama
Drama
merupakan salah satu karya sastra yang mempunyai karakteristik tersendiri jika
dibandingkan dengan karya sastra yang lain. Ciri yang tidak dapat lepas dalam
drama yaitu dialog. Selain cirri tersebut, drama identik dengan seni peran,
artinya lakon drama dapat dipentaskan.
A.
Memahami Teks Drama
Sebelum memulai
pementasan drama, kita perlu memahami teksnya. Ada dua cara dalam memahaminya:
1.
Pembedahan
secara bersama-sama terhadap keseluruhan isi teks melalui diskusi. Kegiatan ini
dilakukan antara sutradara dengan pemain yang tujuannya untuk menyamakan
persepsi terhadap isi teks drama yang akan dipentaskan.
2.
Pemahaman
terhadap isi teks oleh masing-masing aktor terhadap tokoh yang akan diperankan.
Tujuan utamanya adalah mengenal karakter tokoh.
Untuk memperdalam pemahaman atas karakteristik
tokoh, kita pun perlu melakukan observasi, ilusi, imajinasi, dan pengolahan
emosi.
1.
Observasi
Observasi adalah
cara untuk mengamati seorang tokoh: tingkah laku, cara hidup, kebiasaan,
pergaulan, cara bicara dan sebagainya. Setelah mengenal banyak hal tentang
tokoh yang akan diperankan itu, kita perlu berusaha menirukannya. Kita
merefleksikan karakter tokoh itu secara wajar atau apa adanya.
2.
Ilusi
Ilusi merupakan
bayangan atas suatu peristiwa yang akan terjadi maupun yang telah terjadi, baik
yang dialami sendiri ataupun orang lain. Pembayangan itu dapat berupa hasil
pengalaman, hasil observasi, mimpi, angan-angan, kemungkinan-kemungkinan,
ramalan dan sebagainya.
3.
Imajinasi
Imajinasi adalah
menganggap sesuatu yang tidak ada menjadi seolah-olah ada. Jika ilusi objeknya
adalah peristiwa, objek imajinasi adalah benda atau sesuatu yang dibendakan.
Tujuannya adalah agar kita tidak hanya selalu menggantungkan diri pada
benda-benda yang konkret. Kita pun perlu dilatih untuk “menjelmakan” sesuatu
yang tidak terlihat. Kemampuan dalam berimajinasi benar-benar diuji ketika kita
sedang memainkan sebuah pantomime.
4.
Emosi
Emosi diartikan
sebagai ungkapan perasaan. Emosi dapat berupa perasaan sedih, marah benci,
bingung, gugup dan sebagainya. Dalam drama, seorang pemain harus dapat
mengendalikan dan menguasai emosinya. Hal ini penting untuk memberikan warna
dan menunjang karakter tokoh yang diperankannya. Emosi juga mempengaruhi tingkah
laku, roman muka (ekspresi), pengucapan, pernafasan, ataupan niat. Dalam hal
ini, niat dapat timbul karena hadirnya emosi. Misalnya, setelah marah, timbul
niat untuk memukul.
B.
Belajar Berperan
Perilaku
seseorang dalam menghadapi permasalahan-permasalahan dalam kehidupan
sehari-hari, dapat ditiru atau diadopsi dalam naskah drama yang akan
dipentaskan. Proses meniru ini dikatakan sebagai belajar berperan atau menjadi
orang yang bukan dirinya menurut aturan yang telah ditetapkan oleh penulis
skenario.
Berperan harus
memperhatikan hal-hal sebagai berikut.
1.
Kreasi yang
dilakukan pemain drama
2.
Peran yang
dilakukan harus bersifat wajar atau alamiah
3.
Peran yang
dibawakan harus sesuai tipe, gaya, jiwa dan tujuan dari pementasan
4.
Peran yang
dibawakan harus disesuaikan dengan periode tertentu dan watak yang harus
direpresentasikan
Sebagai pemain/aktor, tugas anda memperagakan tokoh
yang tertulis dalam naskah drama. Untuk itu, anda harus membaca naskah drama
berkali-kali dengan seksama, sehingga, Anda benar-benar memahami tokoh yang
akan Anda peragakan. Berdasarkan naskah drama itu, bayangkan tokoh yang akan
Anda peragakan. Misalnya, bagaimana posturnya, gerak-geriknya, atau ekspresi
waktu tokoh berbicara
C.
Memahami Cara Mengekspresikan Dialog dalam Drama
Menurut KBBI
(2002: 291) ekspresi adalah pengungkapan atau proses menyatakan (yaitu
memperlihatkan atau menyatakan maksud, gagasan, perasaan dan sebagainya).
Mengekspresikan adalah mengungkapkan gagasan, maksud, perasaan dengan gerak
anggota badan, dan air muka dalam kata-kata.
Agar dapat
memerankan dan mengekspresikan dialog-dialog yang ada dalam drama dengan baik,
perhatikan langkah-langkah berikut.
1.
Bacalah dalam
hati dialog drama tersebut berulang-ulang untuk memahami maksudnya, supaya anda
dapat mengucapkan dialog dengan penghayatan.
2.
Lafal atau
ucapan harus jelas. Ucapan yang tidak jelas akan mengurangi kejelasan. Ucapan
yang terlalu cepat akan menjadi terlalu lemah dan sulit didengar oleh
pendengar.
3.
Intonasi harus
baik. Dialog diucapkan dengan cepat atau lambat, keras atau lemah, nada tinggi
atau rendah disesuaikan dengan watak tokoh dan situasi yang dihadapi. C
4.
Mimik (gerakan
raut muka) dan gerak gerik anggota tubuh harus tepat sesuai dengan karakter
atau watak tokoh yang diperankan.
Langganan:
Postingan (Atom)